KETERLIBATAN RADIO REPUBLIK INDONESIA (RRI) MEDAN DALAM MEWUJUDKAN PARTISIPASI PEREMPUAN SEBAGAI PENYIAR DAN REPORTER DALAM PROGRAM PENYIARAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang masalah
Radio
merupakan media yang ketika kita ingin menikmatinya kita hanya mendengarkannya,
dan dalam radio dikenal dengan penyiar radio. Penyiar Radio (Radio Broadcaster, Radio Presenter) adalah orang
yang membawakan acara di radio.
Penyiar merupakan ujung
tombak stasiun radio. Penyiar mewakili radio, penyiar berinteraksi langsung
dengan pendengar. Baik-buruk siarannya bahkan perilakunya berpengaruh
terhadap reputasi atau baik-buruk dan integritas radionya. Itulah
sebabnya, penyiar disebut juga radio personality atau
keperibadian radio. Akan tetapi bukan
hanya penyiar saja, seorang reporter sendiri pun memiliki peran penting dalam
siaran berita di radio. Lalu bagaimana jika
dalam dunia radio seorang reporter
maupun penyiarnya perempuan?
Radio Republik
Indonesia atau yang dikenal dengan nama RRI yang berdiri selama 69 tahun salah
satu radio yang memiliki penyiar dan reporter perempuan, dan menjadi salah satu radio yang paling
disenangi anak muda kota Medan
khususnnya. Banyak siaran dan
acara yang menarik minat anak muda. Apalagi dengan baik dan pinntarnya
penyiarnya dalam memberikan siaran membuat pendengar juga semakin banyak
mendengarkan radio ini.
Sukses tidaknya
sebuah acara (radio program) ditentukan oleh penyiar. penyiar radio adalah seorang penampil yang
melakukan pekerjaan penyiaran, menyajikan produk komersial, menyiarkan
berita/informasi, akting sebagai pembawa acara atau pelawak, menghendel olah raga, pewawancara, diskusi,
quiz dan narasi. Begitu juga dengan sebuah acara berita. Suksesnya suatu berita
dan ketika dapat memberikan informasi yang benar dan tepat ke masyarakat, itu
juga merupakan tugas dari seorang
reporter radio, khususnya
perempuan.
Seiring dengan perubahan zaman yang kiat pesat.
Perbedaan dalam hal melakukan pekerjaan sudah mulai tidak ada perbedaannya
lagi. Dimana perempuan juga dapat memiliki pekerjaan maupun melakukan pekerjaan
yang biasanya dilakukan oleh seorang pria, misalnya dalam dunia Radio. Dulu,
penyiar radio maupun reporter berita
radio khususnnya diperuntukkan oleh laki-laki saja, namun seiring berjalannya
waktu, tingkat kebutuhan yang meningkat dibukalah peluang bagi perempuan untuk menjadi penyiar maupun
reporter berita radio, dan hal inilah yang terjadi di Radio Republik Indonesia
(RRI).
Proses perkembangan dalam Radio Republik Indonesia
(RRI) sendiripun tidak serta merta
membedakan maupun mendeskriminasikan perempuan dalam siarannya. Keterlibatan
perempuan di radio kemudian mengubah posisi laki-laki dan perempuan dalam hal tanggung jawab, pembagian peran dan pembagian
tugas dalam melakukan pekerjaannya.
Perempuan dan laki-laki mempunyai peran
masing-masing dalam pengelolaan berita, pengelolaan dalam penyiaran radio. Kondisi
ini memungkinkan kelompok perempuan untuk
mengakses berita, informasi, maupun siaran yang khusus hanya diperuntukkan oleh kaum wanita dan
membentuk nilai-nilai yang ada
di masyarakat melalui siaran yang hanya untuk perempuan saja.
Perempuan juga dapat ‘memiliki’ siaran dengan menyuarakan dan mendiskusikan
persoalan-persoalan perempuan di setiap acaranya dari sudut pandang perempuan, seperti persoalan kekerasan dalam rumah
tangga, perawatan diri, kesehatan perempuan, dan kesetaraan gender. Dan hal inilah yang juga diperhatikan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) dalam memberikan keadilan gender bagi para
karyawannya.
Ketidakdilan gender, seperti marginalisasi, subordinasi
dan stereotip, bisa disebabkan oleh peran dan pemberian wewenang yang terbatas
bagi perempuan di radio, belum adanya apresiasi bagi perempuan yang beraktivitas di
radio, dan/atau informasi yang dimiliki perempuan tentang radio sangat terbatas, hal inilah
yang terkadang masih kuranngnya perempuan bekerja di radio baik sebagai
pennyiar maupun reporter radio.
Keterlibatan
perempuan dalam siarannya membawa perubahan, membuka
wawasan dan kesadaran perempuan akan kesamaan hak dalam mendapatkan informasi
dan berkomunikasi. Dengan demikian, radio telah meningkatkan ketertarikan
perempuan untuk memperoleh akses diskusi dalam ruang media.
Pavarala dan Malik
(2007:33) menjelaskan bahwa aspek gender merupakan dimensi penting dalam
inisiatif radio yang diluncurkan oleh
organisasi berbasis masyarakat. Secara asumtif, penggunaan teknologi komunikasi
untuk perubahan sosial dalam pemberdayaan perempuan melalui radio komunitas
dapat membantu pengembangan kapasitas interaksi perempuan untuk tindakan
kolektif. Tak hanya itu, dengan bekal keyakinan bahwa suara dan pengalaman hidup
perempuan perlu diungkapkan, yaitu dengan mendorong partisipasi perempuan dalam
memproduksi program lokal yang relevan dan sensitif gender. Program-program
radio yang dikhususkan bagi perempuan memungkinkan perempuan secara radikal
mengubah apa yang secara umum diterima sebagai 'bahasa media' dengan
menyediakan ruangdan proses untuk mengekspresikan ide-ide dan isu-isu terkait
dengan pengalaman perempuan yang unik.
Fraser dan Estrada
(2001: 82) menambahkan, adanya persamaan dan kesetaraan membuat perempuan menjadi percaya diri dan
tidak emosional. Oleh karena itu, kesempatan pendidikan, pelatihan kerja, akses
informasi, dan hak politik bagi perempuan harus dijamin negara dan didukung
oleh masyarakat melalui radio.Sejalan dengan perkembangan tersebut penulis akan
melakukan penelitian untuk melihat sampai sejauhmana partisipasi Penyiar dan
Reporter Radio Perempuan dalam mempertahankan Produksi Siaran pada Radio
Republik Indonnesia (RRI) di Kota Medan.
1.2.Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
“Sejauhmana
keterlibatan Radio Republik Indonesia (RRI) Medan dalam mewujudkan partisipasi perempuan sebagai
penyiar dan reporter dalam program penyiaran.”
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui sejauhmana keterlibatan
Radio Republik Indonesia (RRI) Medan
dalam mewujudkan partisipasi perempuan sebagai penyiar dan reporter dalam
program penyiaran.”
1.4.Manfaat Penelitian
a.
Secara akademis, peneliti dapat menerapkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh dari perkuliahan mahasiswa dan penelitian ini
diharapkan memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu komunikasi FISIP
Universitas Dharmawangsa. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan
referensi bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi dimasa yang akan datang
b.
Secara teoritis, harapannya penelitian
ini dapat memperkaya khasanah dan wawasan peneliti mengenai partisipasi penyiar
dan reporter radio perempuan dalam
mempertahankan produksi siaran pada radio Republik Indonesia (RRI) Medan.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
memberi masukan bagi yang membutuhkan pengetahuan tentang partisipasi penyiar
dan reporter radio perempuan dalam
mempertahankan produksi siaran pada radio Republik Indonesia (RRI)
Medan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Pengertian Radio
Pengertian
Radio secara umum merupakan teknologi
yang membolehkan pengiriman sinyal oleh modulasi gelombang elektromagnetik.
Gelombang ini melintas (merambat) lewat
udara dan juga kevakuman angkasa, karena gelombang ini tidak memerlukan medium
pengangkutan. Gelombang radio merupakan satu bentuk dari radiasi
elektromagnetik dan terbentuk ketika objek bermuatan listrik dipercepat dengan
frekuensi yang terdapat dalam frekuensi radio (RF) dalam spektrum
elektromagnetik. Gelombang ini berada dalam jangkauan 10 hertz sampai beberapa
giga hertz. Radiasi Elektromagnetik bergerak dengan cara elektrik dan magnetik
osilasi. Ketika gelombang radio melalui kabel, osilasi dari medan listrik dan
magnetik dapat mempengaruhi arus bolak-balik dan voltase di kabel. Gelombang
radio dapat diubah menjadi sinyal audio atau lainnya yang dapat membawa
informasi.
Siaran Radio adalah pemancar radio yang langsung ditujukan
kepada umum dalam bentuk suara dan mempergunakan gelombang radio sebagai media.
(Effendy, 1983:187). Radio adalah transmisi sinyal melalui ruang bebas oleh
modulasi gelombang elektromagnetik dengan frekuensi dibawah cahaya tampak
orang-orang dari radiasi ekektromagnetik perjalanan dengan cara osilasi medan
elektronagnetik yang melewati udara dan ruang vakum. Informasi dibawa oleh
perubahan sistematis (modulasi) beberapa properti dari gelombang radiasi,
seperti amplitudo, frekuensi, fase, atau lebar pulsa.
Pengertian “Radio” menurut ensiklopedi Indonesia
yaitu: penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas
yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari
1 mm). Sedangkan istilah “radio siaran” atau “siaran radio” berasal dari kata
“radio broadcast” (Inggris) atau “radio omroep” (Belanda) artinya yaitu
penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah
dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media.
2.1.1
Sejarah dan
Perkembangan Radio
Sejarah penemuannya radio dimulai
di Inggris dan Amerika Serikat. Donald Mc. Nicol dalam bukunya Radio’s
Conquest of Space menyatakan bahwa terkalahkannya ruang angkasa oleh
radio dimulai tahun 1802 oleh Dane, yaitu dengan ditemukannya suatu pesan dalam
jarak pendek dengan menggunakan alat sederhana berupa kawat beraliran listrik.
Penemuan berikutnya adalah oleh tiga orang cendikiawan muda, di antaranya
adalah James Maxwell berkebangsaan Inggris pada tahun 1865. Ia dijuluki scientific
father of wireless, karena berhasil menemukan rumus-rumus yang diduga
mewujudkan gelombang elegtromagnetik, yaknigelombang yang digunakan radio dan
televisi.
Penemuan radio yang digunakan
sebagai alat atau media komunikasi massa awalnya diperkenalkan oleh David
Sarnoff pada tahun 1915. Selanjutnya Le De Forrest melalui eksperimen siaran
radionya telah menyiarkan kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat pada
tahun 1916, sehingga Ia dikenal sebagai pelopor radio siaran.
Sejarah radio adalah sejarah teknologi yang
menghasilkan peralatan radio yang menggunakan gelombang radio. Awalnya sinyal
pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinyu baik
melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM). Metode
pengiriman sinyal seperti ini disebut analog. Selanjutnya, seiring perkembangan
teknologi ditemukanlah internet, dan sinyal digital yang kemudian mengubah cara
transmisi sinyal radio.
Sejarah Penggunaan Radio Rata-rata pengguna
awal radio adalah para maritim, yang menggunakan radio untuk mengirimkan pesan
telegraf menggunakan kode morse antara kapal dan darat. Salah satu pengguna
awal termasuk Angkatan Laut Jepang yang memata-matai armada Rusia saat Perang
Tsushima pada tahun 1901. Salah satu penggunaan yang paling dikenang adalah
saat tenggelamnya RMS Titanic pada tahun 1912, termasuk komunikasi antara
operator di kapal yang tenggelam dengan kapal terdekat dan komunikasi ke
stasiun darat.
Industri
penyiaran radio diawali oleh David Sarnoff yang mendirikan perusahaan pembuat
pesawat radio sistem AM yang bernama RCA atau Radio Corporation of America.
Liputan kegiatan Pemilu pada tahun 1920 oleh Radio KDKA (USA) dianggap sebagai
penyiaran berita pertama secara meluas dan teratur kepada masyarakat. Radio
KDKA adalah stasiun penyiaran radio yang berizin komersial yang didirikan oleh
Frank Conrad. Perkembangan industri penyiaran radio FM dimulai ketika
pertengahan tahun 1933, Edwin Howard Armstrong dari Universitas Columbia
berhasil menemukan frekuensi modulasi (FM), frekuensi yang jauh lebih tinggi
dari penyiaran radio AM (yaitu dari 88 sampai 108 MHz). Armstrong kemudian
mendemonstrasikan penemuannya kepada David Sarnoff. Namun RCA ternyata lebih
tertarik untuk mengembangkan televisi. Armstrong kemudian menjualnya kepada
beberapa perusahaan lainnya. Pengembangan radio FM sempat tertunda karena
meletusnya Perang Dunia ke 2 dan kalangan industri yang lebih tertarik
mengembangkan televisi.
Penyiaran adalah Pancaran melalui ruang angkasa oleh sumber frekuensi
dengan sinyal yang mampu diterima di telinga atau didengar dan dilihat oleh
publik. (Chester, Garrison, Willis dalam buku “Television and Radio”) Penyiaran
merupakan bentuk pengiriman pesan melalui media televisi atau radio dengan
tidak dikontrol secara teknik oleh penerima. (Sullivan, Hartley, Saunders,
Montgomery, Fiske dalam buku “Key Concept
in Communication and Cultural Studies”).
Penyiar Radio
ialah perkhidmatan penyiaran audio (bunyi) ke udara dalam bentuk gelombang radio (sebentuk sinaran elektromagnet) dari pemancar ke antena penerima.
Stesen radio boleh dihubungkan dalam rangkaian radio untuk menyiarkan rancangan
bersama, sama ada secara bersindiket atau siaran serentak. Penyiaran audio juga
boleh dilakukan melalui FM kabel, rangkaian talian tempatan, satelit dan Internet.
2.1.1
Sejarah Penyiaran Radio di Indonesia
Perkembangan
penyiaran radio di Indonesia diawali pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada
tahun 1925 oleh Prof. Komans dan Dr. De Groot yang berhasil melakukan
komunikasi radio dengan menggunakan stasiun relai di Malabar, Jawa Barat.
Peristiwa ini kemudian diikuti dengan berdirinya Batavia Radio Vereniging dan
NIROM. Penyiaran radio di Indonesia dimulai dengan berkembangnya radio amatir
yang menggunakan perangkat pemancar radio sederhana yang mudah dirakit. Tahun
1945, Gunawan berhasil menyiarkan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia
dengan menggunakan perangkat pemancar radio sederhana buatan sendiri. Pada
tahun 1966, mengudara radio Ampera yang merupakan sarana perjuangan
kesatuan-kesatuan aksi dalam perjuangan orde baru.
Tanggal
11 September 1945, rapat yang dihadiri oleh para tokoh yang sebelumnya aktif
mengoperasikan beberapa stasiun radio Jepang sepakat mendirikan Radio Republik
Indonesia (RRI). Rapat juga sepakat memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai
pemimpin umum RRI yang pertama. Sampai tahun 1997/1998 di Indonesia tercatat
878 radio siaran swasta non pemerintah yang komersial, dengan rincian 511
berfrekwensi AM dan 367 berfrekwensi FM. Setelah era reformasi dimulai,
demikian tulis Hinca IP Pandjaitan dalam makalahnya “Tinjauan dan Kritisi Aspek
Hukum Dan Frekwensi Tentang Kebijakan Penyiaran Nasional dan Implikasinya”
bahwa sampai dengan tanggal 5 Maret 1999 sudah mencapai 915 buah dengan
komposisi 502 berfrekwensi AM dan 413 berfrekwensi FM.
Posisi ini berubah pada tanggal 27 Mei 1999
menjadi 930. Pada akhir masa jabatan Habibie (14 Oktober 1999) jumlah radio
siaran di Indonesia sudah menembus angka 1070 buah dan RRI 1997/1998 memiliki
53 unit kerja dan hanya 19 buah yang menyelenggarakan siaran selama 24 jam per
hari. Jumlah stasiun radio di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 1188 stsiun
radio, 95% berupa radio siaran swasta/non pemerintah dan 5% radio pemerintah
atau RRI.
2.1.2
Kelebihan Dan Kelemahan
Radio
Sebagai
unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa, radio siaran
mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya. Jelas berbeda
dengan surat kabar yang merupakan media cetak, juga dengan film yang bersifat
mekanik optic. Dengan televisi, kalau pun ada persamaannya dalam sifatnya yang
elektronik, terdapat perbedaan, yakni radio sifatnya audial, televisi audiovisual.
Penyampaian
pesan melalui radio siaran dilakukan dengan menggunakan bahasa lisan; kalaupun
ada lambang-lambang nirverbal, yang digunakan jumlahnya sangat minim, umpamanya
tanda waktu pada saat akan memulai acara warta berita dalam bentuk bunyi telegrafi
atau bunyi salah satu alat musik. Keuntungan radio siaran bagi komunikan adalah
sifatnya yang santai. Orang bisa menikmati acara siaran radio sambil makan,
sambil tidur-tiduran, sambil bekerja, bahkan sambil mengemudikan mobil. Tidak
demikian dengan media massa lainnya.
Sifat
auditori, untuk didengarkan, lebih mudah orang menyampaikan pesan dalam bentuk
cara yang menarik. Bandingkan dengan media massa lainnya, umpamanya televisi,
kalau kita ingin menyampaikan pesan dalam bentuk drama. Sebuah kisah di hutan,
di dasar laut, ataupun di neraka lebih mudah disajikan dibanding kalau
disampaikan melalui surat kabar, televisi atau film. Penyajian hal yang menarik
dalam rangka penyampaian suatu pesan, adalah penting, karena publik sifatnya
selektif. Begitu banyak pilihan di antara sekian banyak media komunikasi, dan
begitu banyak pula pilihan acara dari setiap media. Dalam hubungan ini musik
memegang peranan sangat penting. Siapa orangnya tidak tertarik oleh musik ? Di
antara acara-acara musik yang memukau itulah pesan-pesan disampaikan kepada
pendengar. Radio merupakan sumber informasi yang kompleks mulai dari fungsi
tradisional, radio sebagai penyampai berita dan informasi, perkembangan
ekonomi, pendongkrak popularitas, hingga propaganda politik dan ideologi. Bagi
pendengarnya radio adalah teman, sarana komunikasi, sarana imajinasi, dan
pemberi informasi
Daya
pikat untuk melancarkan pesan ini penting, artinya dalam proses komunikasi,
terutama melalui media massa, disebabkan sifatnya yang satu arah (one way traffic communication).
Komunikasi hanya dari komunikator kepada komunikan. Komunikator tidak
mengetahui tanggapan komunikan. Kelemahan ini bagi radio ditambah lagi dengan
sifatnya yang lain, yakni “sekilas dengar”. Pesan yang sampai pada khalayak
hanya sekilas saja, begitu terdengar begitu hilang. Arus balik (feedback) tidak mungkin pada saat itu.
Pendengar
yang tidak mengerti atau ingin memperoleh penjelasan lebih jauh, tak mungkin
meminta kepada penyiar untuk mengulang lagi. Karena kelemahan itulah, maka
radio siaran banyak dipelajari dan diteliti untuk mencari teknik-teknik yang
dapat mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut sehingga komunikasi melalui radio
siaran lebih efektif. Televisi dan radio dapat dikelompokkan sebagai media yang
menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu, sedangkan media cetak menguasai
waktu tetapi tidak menguasai ruang.
2.1.Pengertian Media Komunikasi
Media komunikasi secara umum
merupakan sebuah sarana atau alat yang dipakai sebagai penyampaian pesan dari
komunikator kepada khalayak. Media sangat dominan dalam berkomunikasi ialah
pancaindra manunsia seperti mata, telinga.
Media juga adalah jendela yang memungkinkan semua orang dapat
melihat lingkungan yang lebih jauh, untuk penafsir yang membantu memahami
pengalaman, untuk landasan penyampai informasi, sebagai komunikasi interaksi
yang merupakan opini audiens, sebagai penanda pemberi petunjuk atau intruksi,
sebagai filter atau penbagi fokus dan pengalaman terhadap orang lain, cermin
yang merefleksikan diri kita serta penghalang yang menutupi kebenaran.
Media komunikasi juga dijelaskan untuk sebuah sarana yang
dipakai utnuk memproduksi, mengolah, reproduksi, serta mendistribusikan untuk
menyampaikan sebuah informasi. Media komunikasi sangat berperan penting untuk
kehidupan seluruh masyarakat. Dengan sederhana, media komunikasi merupakan
perantara dalam menyampaikan sebuah informasi dari komunikator kepada komunikan
yang memiliki tujuan agar efisien dalam menyebarkan pesan atau informasi.
Komunikasi adalah perdakapann yang berlangsung dengan dasar persamaan persepsi.
Ahmad Rohani (1997
:20) Media merupakan segala sesuatu
yang dapat ditangkap oleh indra manusia, yang berfungsi sebagai perantaa,
sarana, atau alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar). Sementara
itu, hal berbeda disampaiakann oleh Arif S Sadirman,
media mencakup segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan, dan merangsang
siswa untuk belajar. Contohnya film, buku, atau kaset. (baca: Peran Media
Komunikasi Politik).
2.2.Teknologi Komunikasi
Teknologi dan komunikasi merupakan dua kata yang sudah tidak asing
lagi untuk kita dengar, baik dalam kehidupan sehari-hari ataupun dalam berbagai
bidang di kehidupan kita. Seperti yang disampaikan oleh Mc.Luhan, bahwa
teknologi komunikasi dapat membawa seseorang individu melintas batas ruang dan
waktu serta mendapatkan informasi yang tidak didapat sebelumnya. Manusia telah
menjadikan teknologi internet sebagai jendela dunia atau “a window to the world” dan dapat mengetahui kejadian-kejadian yang
jauh jaraknya tanpa kita hadir langsung di lokasi kejadian. Internet adalah
salah satu bukti nyata dari perkembang teknologi komunikasi yang begitu pesat saat ini.
Teknologi sendiri berasal
dari bahasa latin yang berakar dari kata “texere”, yang artinya menyusun atau
membangun. Pengertian teknologi tidak dapat dibatasi hanya pada penggunaan
peralatan mesin, meskipun dalam arti sempit atau dalam percakapan sehari-hari
istilah tersebut sering digunakan. Teknologi adalah “a design for instrumental action that reduces the uncertainty in
cause-effect relationships involve in achieving a desired outcome” (Rogers,1983
: 2). Yakni, teknologi merupakan sebuah seperangkat untuk membantu
aktivitas kita dan dapat mengurangi ketidakpastian yang disebabkan oleh
hubungan sebab akibat yang melingkupi dalam mencapai suatu tujuan.
Komunikasi adalah suatu
bentuk interaksi manusia yang bisa mempengaruhi manusia lainnya satu sama lain
yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja, dan tidak terbatas bentuk
komunikasi verbal saja, namun juga bisa lewat bentuk ekspresi muka, seni,
lukisan dan teknologi.(Shannon dan Weaver
, 1949:55).
Bagaimana dengan definisi
teknologi komunikasi? Menurut Rogers, teknologi komunikasi diartikan sebagai
perlengkapan hardware, struktur
organisasi, dan nilai-nilai sosial dimana individu-individu mengumpulkan,
memproses dan tukar-menukar informasi dengan individu-individu lain (Noegroho ,2010 : 3).
Menurut Mc Omber,
mengkaitkan teknologi komunikasi dengan kebudayaan melalui beberapa sudut
pandang. Pertama, teknologi komunikasi di anggap sebagai faktor yang determinan
dalam masyarakat, independen dan bisa menciptakan perubahan dalam masyarakat.
Kedua, teknologi komunikasi sebagai produk industrialisasi yang diciptakan
secara massal dalam jumlah yang sangat banyak. Ketiga, teknologi komunikasi
melahirkan alat yang baru yang tidak semua orang bisa mengenalnya dengan baik,
dimana kekuatan saling mempengaruhi antara teknologi komunikasi sendiri dengan
kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat tidak dapat diprediksi secara cepat (Abrar,
2003 : 7).
2.2.1. Perbedaan Teknologi Komunikasi dengan Teknologi
Informasi.
Teknologi informasi
lebih ditekankan pada hasil data yang diperoleh sedangkan pada teknologi
komunikasi ditekankan pada bagaimana suatu hasil data dapat disalurkan,
disebarkan dan disampaikan ke tempat tujuan. Teknologi informasi berkembang
cepat dengan meningkatnya perkembangan komputer dengan piranti pendukungnya
serta perkembangan teknologi komunikasi yang ada. Teknologi komunikasi
berkembang cepat dengan meningkatnya perkembangan teknologi elektronika, sistem
transmisi dan sistem modulasi, sehingga suatu informasi dapat disampaikan
dengan cepat dan tepat.
2.2.2. Bentuk Teknologi Komunikasi
a.
Komunikasi Suara merupakan bentuk
komunikasi mempergunakan suara dan indera pendengaran dari tempat yang terpisah
dengan jarak tertentu.
b.
Komunikasi Tulisan dan Gambar merupakan
komunikasi yang mengirimkan informasi berbentuk tulisan dan gambar. Gambar yang
dikirim dapat berupa gambar hidup (video) atau gambar diam, misalnya gambar
teknik atau gambar grafik.
c.
Komunikasi Data informasi berupa data
dan berita yang dikirimkan dengan menggunakan komputer sebagai media pengirim
dan media penerima informasi, serta dengan menggunakan jaringan telepon (Public
Switched Telephone Network) atau menggunakan jaringan telepon khusus (leased line atau private line).
2.2.3. Penerapan Teknologi Komunikasi
Penerapan
teknologi komunikasi ditentukan oleh sejauh mana teknologi komunikasi mampu
membuka akses pada berbagai pelayanan dan jaringan informasi. Terdapat 2
tahapan dalam proses penerapan teknologi komunikasi, yaitu : (Hamzah B dan Nina
Lamatengngo, 2011:65).
- Tahapan inisiasi, terdapat dua tingkatan, yaitu :
1.
Tingkatan Agenda-Setting
2.
Tingkatan Matching
Apabila
nilai kedua tingkat inisiasi ini positif, timbulah keinginan untuk mengadopsi
teknologi komunikasi yang diinginkan.
- Tahapan implementasi, terdapat tiga tingkatan, yaitu :
1.
Tingkatan redefining (mengartikan ulang)
2.
Tingkatan clarifying (menjelaskan)
3.
Tingkatan routinizing (kebiasaan).
2.2.4. Pelaku Teknologi Komunikasi
Dalam rangkaian sumber,
penyampaian dan penerimaan informasi ada beberapa pihak yang tersangkut dan
saling tergantung satu dengan yang lainnya, yaitu :
1.
Pemakai
2.
Perusahaan penyedia jasa telekomunikasi
3.
Produsen peralatan komunikasi
4.
Badan yang mengatur/mengkoordinir
seluruh kegiatan komunikasi dari segi ekonomis dan teknis dalam mengadakan
peraturan, standar, harga patokan, dan lain-lain.
2.2.5.
Unsur-Unsur Teknologi
Komunikasi.
Unsur-unsur teknologi komunikasi adalah :
1.
Informasi, dapat berupa
tulisan, suara, musik, gambar,dan data yang memiliki spektrum frekuensi dan
bentuk-bentuk yang berbeda.
2.
Alat yang dipergunakan
untuk meneruskan informasi, dengan media transmisi dan sistem modulasi
3.
Dengan cara yang
sesuai,bentuk akhir (informasi yang diterima) harus seserupa mungkin dengan bentuk
awal ( informasi yang dikirimkan ) dan dalam batas-batas distorsi yang dapat
ditolerir.
4.
Dalam jumlah maupun
kecepatan yang semakin meningkat melalui jarak yang semakin jauh dengan biaya
yang seekonomis mungkin.
Dalam memudahkan
pekerjaan manusia, teknologi ini memiliki beberapa fungsi, yaitu pertama,
memudahkan pekerjaan dalam dunia bisnis dan ekonomi. Dengan hal itu, teknologi
komunikasi yang berkembang sangat pesat tersebut menjadi pilar pendukung dalam
teknologi transportasi pada bidang revolusi industri.
Kedua, kegunaan
teknologi komunikasi juga dapat membantu dan memudahkan dalam mentrasnfer data
dari satu perangkat ke perangkat yang lainnya baik dalam jarak dekat maupun
jauh. Ketiga, dapat berperan untuk mengatur/memanajemen suatu sistem agar dapat
dikelola dengan baik. Pengelolaan sistem yang baik akan mempengaruhi kinerja
sistem yang baik pula.
Selain beberapa
fungsi di atas, fungsi lainnya yaitu teknologi komunikasi yang mampu membawa
suatu nilai-nilai dari struktur ekonomi, sosial, dan politik pada umumnya. Dan
fungsi terakhir yaitu dapat meningkatkan kemampuan indera setiap manusia dalam
kemampuan mendengar dan melihat.
2.3.New Media Theory (Teori New Media)
Teori media baru merupakan
sebuah teori yang
dikembangkan oleh Pierre Levy, yang
mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang membahas mengenai
perkembangan media. Dalam teori media baru, terdapat dua pandangan, pertama
yaitu pendangan interaksi sosial, yang membedakan media menurut kedekatannya
dengan interaksi tatap muka. Pierre Levy memandang World Wide Web (WWW) sebagai sebuah
lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis, yang
memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan juga
terlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian mutual dan pemberian kuasa
yang lebih interaktif dan berdasarkan pada masyarakat. (http://terinspirasikomunikasi.blogspot.com)
New Media merupakan media yang
menggunakan internet, media online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel,
berpotensi interaktif dan dapat berfungsi secara privat maupun secara public
(Mondry, 2008: 13). Menurut McQuail (1987:16-17), ia menamakan media baru
sebagai media telematik yang merupakan perangkat teknologi elektronik yang
berbeda serta dengan penggunaan yang berbeda pula. Perangkat media elektronik
baru ini mencakup beberapa sistem teknologi, sistem transmisi (melalui kabel
atau satelit), sistem miniaturisasi, sistem penyimpanan dan pencarian
informasi, dan juga sistem penyajian gambar dengan menggunakan kombinasi teks
dan grafik secara lentur, dan sistem pengendalian oleh komputer.
Menurut
Rogers, media komunikasi dirangkum kedalam empat era. Pertama, era komunikasi
tulisan. Kedua, era komunikasi cetak. Ketiga, era telekomunikasi dan keempat
era komunikasi interaktif. Media baru adalah media yang berkembang pada era
komunikasi interaktif (Abrar, 2003 : 17-18).
Internet
adalah salah satu bentuk dari media baru (new
media). Internet dinilai sebagai alat informasi paling penting untuk
dikembangkan kedepannya. Internet memiliki kemampuan untuk mengkode, menyimpan,
memanipulasi dan menerima pesan (Ruben, 1998:110). Internet merupakan sebuah
media dengan segala karakteristiknya. Internet memiliki teknologi, cara
penggunaan, lingkup layanan, isi dan image
sendiri. Internet tidak dimiliki, dikendalikan atau dikelola oleh sebuah
badan tunggal tetapi merupakan sebuah jaringan komputer yang terhubung secara
intensional dan beroperasi berdasarkan protokol yang disepakati bersama.
Menurut
Santana, internet adalah sebuah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh
karakteristik media dari bentuk-bentuk yang terdahulu. Apa yang membuat
bentuk-bentuk komunikasi berbeda satu sama lain bukanlah penerapan aktualnya,
namun perubahan dalam proses komunikasi seperti kecepatan komunikasi, harga
komunikasi, persepsi pihak- pihak yang berkomunikasi, kapasitas storage dan fasilitas mengakses
informasi, kepekatan atau kepadatan dan kekayaan arus-arus informasi, jumlah
fungsionalitas atau intelijen yang dapat ditransfer. Jadi menurut Santana,
titik esensinya adalah bahwa keunikan internet
terletak pada esensinya sebagai sebuah medium (Setyani, 2013:5).
Martin Lister dkk
(2009 : 13-14) menyatakan bahwa media baru memiliki beberapa karakteristik,
yaitu digital, interaktif, hipertekstual, virtual, jaringan, dan simulasi,
diantaranya :
1.
Digital
Media baru mengacu media yang bersifat digital dimana semua data
diproses dan disimpan dalam bentuk angka dan keluarannya disimpan dalam bentuk
cakram digital. Terdapat beberapa implikasi dari digitalisasi media yaitu dematerialisasi
atau teks terpisah dari bentuk fisik, tidak memerlukan ruangan yang luas untuk
menyimpan data karena data dikompres menjadi ukuran yang lebih kecil, data
mudah diakses dengan kecepatan yang tinggi serta mudahnya data dimanipulasi.
2.
Interaktif
Merupakan kelebihan atau ciri utama dari media baru. Karakteristik
ini memungkinkan pengguna dapat berinteraksi satu sama lain dan memungkinkan
pengguna dapat terlibat secara langsung dalam perubahan gambar ataupun teks
yang mereka akses.
3.
Hiperteks
Teks yang mampu menghubungkan dengan teks lain di luar teks yang
ada. Hiperteks ini memungkinkan pengguna dapat membaca teks tidak secara
berurutan seperti media lama melainkan dapat memulai dari mana pun yang
diinginkan.
4.
Jaringan
Karakteristik ini berkaitan dengan ketersediaan konten berbagi
melalui internet. Karakteristik ini melibatkan konsumsi. Sebuah contoh, ketika
kita akan mengkonsumsi suatu teks media, maka kita akan memiliki sejumlah besar
teks yang sangat berbeda dari yang tersedia dalam berbagai cara.
5.
Virtual
Karakteristik ini berkaitan dengan upaya mewujudkan sebuah dunia
virtual yang diciptakan oleh keterlibatan dalam lingkungan yang dibangun dengan
grafis komputer dan video digital.
6.
Simulasi
Simulasi tidak berbeda jauh dengan virtual. Karakter ini terkait
dengan penciptaan dunia buatan yang dilakukan melalui model tertentu.
2.4.Penelitian Terdahulu
Penelitian ini jika
dikaitkan dengan penelitian terdahulu, hampir sama dengan penelitian Pemahaman penyiar radio terhadap kesetaraan gender (Studi Kualitatif, Pemahaman Penyiar Radio
Rakosa Female 105,3 FM Yogyakarta Terhadap Konsep Gender) oleh Sandro Bramantyo
Tobing. Dimana pada penelitian ini dibahas mengennai hal Kesetaraan gender
merupakan sebuah perjuangan yang sudah lama terjadi di dalam kehidupan masyarakat
Indonesia yang tumbuh dengan paham patriarkis. Perjuangan kaum perempuan ini
semakin terbantu dengan keberadaan radio-radio swasta yang menjadikan kaum
perempuan sebagai target audience mereka.
Penyiar radio
merupakan sebuah peran penting dalam menjalankan visi dan misi radio yang ingin
membangun kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Tentunya, penyiar akan
berhadapan dengan berbagai permasalahan perempuan yang diangkat sebagai tema
siaran. Seperti yang disebutkan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang ingin melihat pemahaman penyiar radio terhadap konsep
kesetaraan gender.
Peneliti ingin melihat pemahaman penyiar radio sebagai
pihak yang sangat berperan dalam membangun kesetaraan gender dalam
lingkungan masyarakat. Adapun keterkaitan pennelitian terdahulu dengan yang
peneliti lakukan adalah, adanya usaha dari pihak radio untuk tiddak membedakan gender anntara laki-laki maupun
perempuan dalam hal penyiar radionya maupun masyarakat yang mendengar.
2.5.Kerangka
Berfikir
Radio yang merupakan media diminatai banya penggemar
baik perempuan maupun laki-laki seharusnya mengutamakan peran dan serta
perempuan di dalamnya. Mengingat hamper 100 % pendengar perempuan kebanyakan
dari kalanagan anak muda perempuan. Keterlibatan perempuan dalam radio dapat
mempromosikan kesetaraan gender dan kesadaran tentang kesejahteraan perempuan
dan komunitasny.
Selaras dengan fungsi radio yang khusus bagi
perempuan, antara lain termasuk siaran yang mempromosikan dan mencerminkan
budaya, karakter dan jati diri local (Fraser dan Estrada, 2001: 18). Membuat
peran perempuan dalam hal ini sanngat dibutukan apalagi untuk kesejahteraan
Radio tersebut.
Perempuan yang mungkin dinilai sebagian orang tidak
pantas untuk menjadi penyiar, perlahan-lahan akan dihapus. Dimana sebenarnya
partisipasi perempuan dalam menyiarkan dan menginformasikan berita sangat
dibutuhkan bahkan bisa sepadan dengan laki-laki. Tanpa dengan emosi, wanita bisa membuat
sesuatu informasi yang mungkin tadinya susah didapat jadi akan mudah didapat.
Disamping itu, partisipasi wanita dalam mensiarkan
informasi tentang perempuan membuat seorang penyiar radio tidak canggung , hal
ini dikarenakan mereka berbicara dari sudut pandang mereka sebagai seorang
perempuan. Jika mungkin terkadang penyiar laki-laki meninformasikan tentang
perempuan dan jika dan yang mau bertanya akan terasa malu, mungknn hal ini akan
mudah dilakukan dengan mudah oleh penyiar perempuan. Dan bahkan seorang
laki-lakipun tidak akan sungkann bercerita dengan penyiar perempuan jika
pembahasan mereka tentang perempuan.
Bagi reporter berita sendiripun, dapat dengan mudah
memberikan informasi kepada masyarakat, melakukan wawancara dengan narasumber
baik itu perempuan maupun lai-laki. Melakukan negosiasi dengan narasumber. Dan
mungkin yang menjadi kendala adaah karena sigap, kecepatan perempuan tidak
seimbang dengan laki-laki jika kedepannya dalam meliput berita terjadi
kendala.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Tahapan-Tahapan Penelitian
Ada
dua pendekatan dalam penelitian, yaitu
pendekatan penelitian kualitatif dan pendekatan penelitian kuantitaif. Metode
penelitian kualitatif, adalah pendekatan yang temuan-temuan penelitiannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk perhitungan lainnya, prosedur ini
menghasilkan temuan-temuan yang diperoleh dari data-data yang dikumpulkan
dengan menggunakan beragam sarana. Sarana itu meliputi pengamatan dan
wawancara, namun bisa juga mencakup dokumen, buku, dan bahkan data yang telah
dihitung untuk tujuan lain, misalnya data sensus. Sedangkan Metode atau
pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang mengkuantifikasi temuan-temuan
kedalam angka-angka dan analisis datanya menggunakan statistik sebagai alat.
Adapun wawancara dan dokumentasi dalam pendekatan ini hasilnya
dikuantifikasikan ke dalam angka-angka yang sudah ditentukan sesuai dengan
ketentuan yang ada.
3.2.Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung di Radio Republik Indonesia Jl. Gatot Subroto
Medan. Waktu penelitian dilaksanakan
selama 3 (tiga) bulan dari April 2018
hingga Juli 2018.
3.3.Model Penelitian
Penelitian
ini lebih menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif. Pendekatan
kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam tentang ucapan,
tulisan, dan atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu yang
dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik. Dalam memilih
sample penelitian kualitatif menggunakan teknik non probabilitis, yaitu suatu
teknik pengambilan sample yang tidak didasarkan pada rumusan statistic tetapi
lebih pada pertimbangan subyektif
peneliti dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang
diteliti dalam penelitian ini. (http://ananur.woordpress.com/2010/07/08/analisis-data-kualitatif).
3.4.
Subjek
dan Objek Penelitian
3.4.1
Subjek
Subjek
di sini berasal dari subjek penelitian yang merupakan bagian penting dalam
penelitian, karena dengan adanya subjek ini berarti peneliti dapat melakukan
penelitian dengan memfokuskan pada kumpulan subjek tersebut. Subjek menjadi
sebuah identitaaas tempat ataupun kelompok yang menjadi objek penelitian dan
berusaha untuk menjelaskan bagian-bagian yang terkandung di dialamnya ke dalam
bentuk laporan penelitian. Subjek penelitian secara keseluruhan mengenai tempat
dimana penelitian dilakukan dan ditujukan kepada siapa penelitian ini
dilakukan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bailey (1994:83) yang dikutip oleh
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah mengatakan bahwa “Subjek adalah keseluruhan
gejala/satuan yang ingin diteliti”.(Prasetyo dan Jannah,2005:119). Dengan
ditentukan subjek penelitian, maka peneliti dapat dengan jelas menentukan
tempat dan pihak-pihak terkait untuk diteliti. Ketentuan subjek penelitian ini
memberikan kejelasan mengenai siapa yang menjadi perhatian penelitian.
3.4.2. Subjek
Selanjutnya
setelah penentuan subjek penelitian, peneliti kemudian
dapat menentukan objek penelitian yang menjadi narasumber untuk kepentingan
perolehan informasi. Konsekuensi pemilihan informan berasal dari adanya
informan yag berasal dari subjek penelitian yang tidak tergantung pada
jumlahnya. Saja tetapi lebih terfokus pada kualitas informan yang akan digunakan. Informan ini kemudian
dalam penelitian kualitatif disebut sebagai informan. Dengan ketersedian
informasi yang ada, maka dibutuhkan suatu teknik penarikan informan menggunakan teknik
penarikan informan, purposive.
Teknik
penarikan informan dengan menggunakan
purposive dipilih karena teknik ini memilih orang (informan) dengan berbagai
penilaian tertentu menurut kebutuhan peneliti sehingga dianggap layak untuk
dijadikan sumber informasi atau narasumber. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Jalaluddin Rakhmat bahwa, “Purposif, yaitu memilih orang-orang tertentu karena
dianggap berdasarkan penilaian tertentu”(Rakhmat,1997:81).
Fokus
informan dalam penelitian ini adalah kepala Bidang Penyiaran dan Penyiaran serta
reporter berita perempuan. Penarikan informan pada penelitian ini menggunakan
random atau penarikan informan secara purposive. Teknik wawancara dengan menggunakan kejenuhan
data, dimana jika ada jawaban yang sama antara responden satu dengan
lainnya maka peneliti tidak akan bertanya lagi dan membatasinya.
3.5. Informan
Selanjutnya
setelah penentuan subjek penelitian, peneliti kemudian dapt menentukan informan
penelitian yang menjadi narasumber untuk kepentingan perolehan informasi.
Konsekuensi pemilihan informan berasal dari adanya informan yang berasal dari
subjek penelitian yang tidak bergantung pada jumlahnya saja tetapi lebih terfokus
pada kualitas informan yang akan digunakan. Informan ini kemudian dalam
penelitian kualitatif disebut sebagai informan. Dengan ketersediaan informan
yang ada, maka dibutuhkan suatu teknik
penarikan informan menggunakan teknik penarikan informan, purposive.
Teknik
penarikan informan dengan menggunakan
purposive dipilih karena teknik ini memilih orang (informan) dengan
berbagai penilaian tertenttu menurut kebutuhan peneliti sehingga dianggap layak
untuk dijadikan sumber informasi atau narasumber. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa,
”Purposif, yaitu memilih
orang-orang tertentu karena dianggap
berdasarkan penilaian tertentu.“(Rakhmat,1997:81).
Fokus
informan dalam penelitian ini adalah penyiar dan reporter perempuan ynag ada di
Radio Republik Indonesia. penarikan informan pada penelitian ini menggunakan
random atau penarikan informan secara purposive. Dimana jumlah
keseluruhan informan yang telah diwawancarai oleh penelitian ini
berjumlah 30 orang yang terbagi kedalam
: 7 orang penyiar wanita, dan 4 orang reporter berita perempuan, Selanjutnya setelah penentuan
subjek penelitian, peneliti
kemudian dapat menentukan informan
penelitian yang menjadi
narasumber untuk kepentingan perolehan informasi. Konsekuensi pemilihan
informan berasal dari adanya informan yang berasal dari subjek penelitian yang
tidak bergantung pada jumlahnya saja tetapi nlebih terfokus pada kualitas
informan yang akan digunakan. Informan ini kemudian dalam penelitian kualitatif disebut sebagai informan.
Dengan ketersediaan informan yang ada, maka dibutuhkan suatu teknik penarikan informan menggunakan
teknik penarikan informan, purposive.
Teknik penarikan informan dengan menggunakan
purposive dipilih karena teknik ini memilih orang (informan) dengan berbagai
penilaian tertenttu menurut kebutuhan peneliti sehingga dianggap layak untuk
dijadikan sumber informasi atau
narasumber. Sebagaimana yang dikatakan oleh Jalaluddin Rakhmat bahwa,
”Purposif, yaitu memeilih orang-orang tertentu karena dianggap
berdasarkan penilaian tertentu.“(Rakhmat,1997:81).
3.6. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, diantaranya dengan Penelitian Lapangan (Field
Research), teknik yang dapat digunakan diantaranya, adalah :
a.
Wawancara (Interview), yaitu merupakan salah satu metode pengumpulan berita,
data dan fakta. Wawancara bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta,
atau data tentang suatu masalah atau peristiwa dengan mengajukan pertanyaan
kepada narasumber atau orang yang diwawancarai (interview).
b.
Observasi, yaitu mengadakan pengamatan
terhadap objek penelitian dengan melakukan pencatatan terhadap fenomena yang
ada di lapangan.
Penelitian pustaka (Librar`y
Research), pengumpulan data yang dilakakun dengan cara membaca, mempelajari
dan mengutip dari buku literature, majalah, serta sumber-sumber lain yang
berhubungan erat dengan penulisan ini, seperti :
a.
Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan
data-data dan fakta-fakta yang ontentik, dan tulisan-tulisan yang berhubungan
seperti buku, jurnal dan lain-lain.
b. Kajian
pustaka, penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dari mengumpulkan
data melalui literature dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung
penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku,
literature serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas,
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis
data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
dipersentasikan (Singarimbun,1995:263). Penelitian ini bersifat deskriptif,
yaitu penelitian yang memberikan gambaran mengenai situasi-situasi atau
kejadian-kejadian. Analisis data dalam penelitian ini berlangsung bersamaan
dengan proses pengumpulan data. Diantaranya meliputi tiga jalur, yaitu :
reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Penyajian data merupakan
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan juga mencakup
verifikasi atas kesimpulan. Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama
penelitian berlangsung dengan cara :
a.
Memikirkan ulang selama penulisan.
b.
Tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan
c.
Penunjauan kembali dan tukar pikiran antar teman
sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan inter-subjektif”
d.
Upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan
suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.
Data selanjutnya
disunting, untuk menentukan kelengkapan data dan keabsahan data. Keabsahan data
dicek ulang dengan membandingkan antar data seluruh data primer dan sekunder. Pada
analisis untuk suatu topik masalah menghimpun fakta-fakta menurut unit
analisis. Baru kemudian data-data dalam unit analisis yang sama dipisah lagi
menurut konsep-konsep penting yang dijadikan dasar untuk menyederhanakan
gambaran himpunan.
BAB V
PEMBAHASAN DAN PENUTUP
5.1.Sejarah Singkat Radio RRI Medan
Radio Republik Indonesia, secara resmi didirikan tanggal 11
September 1945, oleh para tokoh yang sebelumnya aktif mengoperasikan beberapa
stasiun radio Jepang di 6 kota. Rapat utusan 6 radio di rumah Adang Kadarusman
jalan Menteng Dalam Jakarta menghasilkan keputusan mendirikan Radio Republik
Indonesia dengan memilih Dokter Abdulrahman Saleh sebagai pemimpin umum RRI
yang pertama. Rapat tersebut juga menghasilkan suatu deklarasi yang terkenal
dengan sebutan Piagam 11 September 1945, yang berisi 3 ke butir komitmen tugas
dan fungsi RRI yang kemudian dikenal dengan Tri Prasetya RRI.
Butir Tri Prasetya yang ketiga merefleksikan komitmen RRI untuk
bersikap netral tidak memihak kepada salah satu aliran/ keyakinan partai atau
golongan. Hal ini memberikan dorongan serta semangat kepada broadcaster RRI
pada era Reformasi untuk menjadikan RRI sebagai lembaga penyiaran publik yang
independen, netral dan mandiri serta senantiasa berorientasi kepada kepentingan
masyarakat. Likuidasi Departemen Penerangan oleh Pemerintah Presiden Abdurahman
Wahid dijadikan momentum dari sebuah proses perubahan government owned radio
ke arah Public Service Broadcasting dengan didasari
Peraturan pemerintah Nomor 37 tahun 2000 yang ditandatangani Presiden RI
tanggal 7 Juni 2000.
Pembenahan organisasi dan manajemen dilakukan seiring dengan upaya
penyamaan visi (shared vision) di kalangan pegawai RRI yang berjumlah
sekitar 8500 orang yang semula berorientasi sebagai Pemerintah yang
melaksanakan tugas-tugas yang cenderung birokratis. Dewasa RRI mempunyai 56
stasiun penyiaran dan stasiun penyiaran khusus yang ditujukan ke Luar Negeri.
“Suara Indonesia”. Kecuali di Jakarta, RRI di daerah hampir seluruhnya
menyelenggarakan siaran dalam 3 program yaitu Programa daerah yang melayani
segmen masyarakat yang luas sampai pedesaan, Programa kota (Pro II) yang
melayani masyarakat di perkotaan dan Programa III (Pro III) yang menyajikan Berita
dan Informasi (News Channel) kepada masyarakat luas. Di stasiun Cabang
Utama Jakarta terdapat 5 programa, yaitu programa 1 untuk segmen Info dan
Hiburan di Jakarta, Programa 2 sekarang dikelola oleh swasta, Programa 3 untuk
segmen News dan Talk Show dan bersifat nasional, Programa 4 untuk Budaya dan
Pendidikan, programa 5 untuk Musik Klasik.
Guna merealisasi perubahan status RRI menjadi lembaga penyiaran
publik yang “Khas Indonesia”, RRI telah menjalin kerjasama pelatihan
dan seminar mengenai prinsip dan aplikasi radio publik dengan radio
Swedia, IFES dan Internews. RRI juga sudah merintis pemanfaatan multimedia
dengan membuka situs www.rri-online.com serta memanfaatkan sarana penyiaran teknologi digital dengan
memanfaatkan satelit milik WorldSpace Corporation.
Dengan dihentikannya
siaran radio dari semua Hoso Kyoku sejak tanggal 19 Agustus 1945.
Masyarakat menjadi buta berita. Yang sangat menggelisahkan masyarakat adalah
tidak diketahui apa yang harus dilakukan setelah Indonesia diproklamasikan
sebagai negara merdeka sejak 17 Agustus 1945.
Bagi orang radio semakin jelas,
bahwa dalam situasi yang demikian, siaran radio merupakan alat yang mutlak
diperlukan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk berhubungan dan memberi tuntunan
kepada rakyat, apa yang harus dikerjakan.
Dari berita-berita radio luar
negeri diketahui, bahwa yang akan menduduki Jawa dan Sumatera adalah tentara
Inggris atas nama sekutu. Tugas mereka melucuti tentara Jepang dan memelihara
keamanan, sampai pemerintahan Belanda dapat menjalankan kembali kekuasaanya di
Indonesia.
Dengan berita-berita itu kita
ketahui, bahwa kedaulatan Belanda atas Indonesia masih diakui oleh sekutu.
Suatu pemerintahan yang disebut "Netherlands Indie Civil
Administration" disingkat NICA, akan didirikan di Indonesia oleh
pemerintah kerajaan Belanda.
Masalah yang akan dihadapi
Republik Indonesia dalam waktu dekat adalah :
1.
Sebelum tentara Inggris
datang, tentara Jepang akan memegang kuasa dari sekutu menjaga keamanan di
Indonesia;
2.
Setelah tentara Inggris
datang (menurut berita luar negeri akhir September 1945), Pemerintah Republik
Indonesia harus berhadapan dengan tentara Inggris dan Nica.
3.
Setelah tentara Inggris
selesai dengan tugasnya, pemerintah Republik Indonesia harus berhadapan dengan
tentara Belanda yang akan menggantikan tentara Inggris.
4.
Jika Pemerintah Republik
Indonesia berpegang teguh pada proklamasi 17 Agustus dengan UUD 45 yang mulai
berlaku 18 Agustus 1945, Pemerintah Republik Indonesia harus menolak
beroperasinya tentara Inggris dan NICA di wilayah kedaulatannya akan dilanggar.
Dalam menghadapi masalah-masalah
tersebut,jelaslah,pemerintah RI harus mempunyai hubungan yang cepat dan erat
dengan seluruh rakyat yang akan mrnjadi kekuatan utama.
Satu-satunya alat komunikasi ialah
siaran radio.sesuai dengan pemikiran sebelumnya,maka sebelum tentara Inggris
mendart kita sudah harus melaksanakan:
1.
Pembentukan satu
organisasi siaran radio nasional.
2.
Menguasai semua pemancar
di 8 stasiun radio didaerah Jawa.
Untuk itu tidak ada jalan lain,kecali
mengadakan pertemuan dengan wakil-wakil dari 8 bekas Hoso Kyoku. Tempat yang
dipilih adalah Jakarta.
Pada Tahun 1930
dengan adanya Siaran Radio yang bernama Meyers Omroep Voor Allen (Mova), yang
siarannya pun mayoritas berbahasa Belanda dan berakhir setelah pendudukan
Jepang pada tahun 1942. Pada
masa penjajahan Jepang radio kepunyaan Belanda di Medan dibumi hanguskan oleh
Belanda. Maka munculah penyiaran radio Medan yang disebut Medan Hoso Kyoku di
bawah komando jepang, kemudian jumlah radio di Medan saat itu hanya berjumlah
25 buah.
Zaman
Perjuangan dari kalangan pegawai – pegawai penyiaran radio Medan munculah
beberapa pemimpin dalam bidang keradioan. Pengalaman – pengalaman pahit yang
dialami mereka selama pendudukan Jepang mendorong mereka untuk menjadikan
sarana radio sebagai alat penting dalam membantu perjuangan dalam
mempertahankan kemerdekaan. Tugas mereka sekarang adalah mengambil alih
pimpinan dan kekuasaan atas peralatan radio dan menjadikannya sebagai radio
Republik Indonesia.
RRI
di pematang Siantar situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, maka RRI
didirikan di Pematang Siantar, yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara T.
Mohammad Hassan. RRI di Pematang Siantar hanya bertahan sampai tanggal 29 Juli
1947 karena dihancurkan oleh Belanda. Setelah penyerahan kedaulatan kepada RI
maka RRI berdiri di jalan Serdang Medan, dan pada tahun 1957 RRI pindah di
jalan Martinus Lubis yang diresmikan oleh Menteri Penerangan Soedibyo.
Setelah
perputaran masa situasi dan kondisi perkantoran RRI Medan di Jalan Martinus
Lubis tidak nyaman,karena disekelilingnya dipenuhi oleh pedagang – pedagang
sayur dan ikan, yang tentu saja mengeluarkan
bau yang tidak sedap, juga hiruk pikuk keramaian yang mengganggu kenyamanan
perkantoran, maka pada akhir 1996 RRI Medan pindah ke jalan Jendral Gatot
Subroto No. 214, dan malah saat itu RRI medan terus berbenah diri dan berupaya
menjalankan TUPOKSI – nya sebagai radio yang terus dekat dengan seluruh
lapisanmasyarakat,. maka pada awal 2015
RRI Medan telah memiliki studio integrasi yang tempatnya juga berada di
depan menghadap ke jalan protokol.
Sebagai alat
penyampaiian informasi yang tercepat dan dekat dengan semua lapisan masyarakat
RRI Medan terus berbenah diri disamping telah adanya stasiun-stasiun relay di
daerah kini RRI Medan telah melakukan siaran uji coba Stasiun Produksi di
Tanjung Balai dan dalam waktu dekat akan mencoba bekerja sama dengan Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara untuk mendirikan Stasiun Produksi.
5.2.Penutup
a.
Kesimpulan
1.
Radio memiliki peranan penting dalam
memberikan penyiaran
dan
pemberitaan yang baik, dan hal tersebut akan didukung dengan
baik
jika ada kerjasama satu dengan lainnya.
2.
Partisipasi perempuan tidak hanya
sebagai perempuan jika
di dalam
sebuah rumah tangga saja. Hal ini terbukti dari peran
serta partisipasi mereka di dalam dunia pekerjaan
seperti menjadi
penyiar dan
reporter berita radio.
3.
Komunikasi yang baik dan efektif juga
mempengaruhi partisipasi perempuan dalam memberikan siaran dan pemberitaan.
4.
Bukan hanya perempuan yang memberikan
pasrtisipasi terhadap sebuah Radio, tetapi dengan melibatkan perempuan sebuah
radio juga memiliki peran dan nama di masyarakat. Karena posisinya mengedepankan
perempuan dan memberikan kesempatan untuk seorang perempuan berkarya.
b.
Saran
1.
Berikan ruang gerak perempuan dalam
berkarya agar tidak ada batasan bagi perempauan untuk berkreasi lebih.
2.
Selain itu, kebebasan perempuan, dengan
maksud ketika mereka menyadari perannya sebagai istri, mereka juga memiliki hak
untuk melakukan pakerjaan yang mereka minati.
3.
Informasi dan pemberitahuan kepada
perempuan dalam melakukan aktifitas sebgai penyiar juga harus tetap dalama
pengawasan setia radio, dengan tujuan agar perempuan juga dapat memahami
batasan mereka ketika bertemu dengan orang banyak dan orang baru dalam
hidupnya.
4.
Dukungan dari sebuah radio tidak hanya
sekedar materi saja, tetapi moral, semangat dan percaya diri juga harus selalu
ditanamkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Ruslam.2014.Metodologi Penelitian Kualitatif.Ar-Ruzz
Media,Jakarta.
Prayudha
Harley,2008. Suatu
Pengantar untuk Wacana dan Praktik Penyiaran, Suatu Pengantar untuk Wacana dan
Praktik Penyiaran.
Alfabeta, Bandung.
Rohani Ahmad, 1997, Media
Teknologi, Alfabeta Bandung
Singarimbun Masri,1995,Metode
Penelitian Survey.LP3ES, Jakarta
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung
Komentar
Posting Komentar